Jangan Takut Ayah, Aku Bisa!

858057ac5012bb53a5febc1d4b4fda842e7d580c.jpeg

Umumnya ayah identik dengan sosok pemberani. Tapi ada pula ayah yang cenderung merasa was-was dan terlalu menguatirkan anaknya. Apa dampaknya bagi si kecil?
“Kris jangan naik ke atas nanti kamu jatuh.”
“Kris awas nanti kamu terkilir.”
“Kris jangan sentuh itu, berbahaya.”

Kalimat-kalimat semacam itulah yang kerap keluar dari mulut Beni. Ayah satu putra yang juga bekerja sebagai interior disainer ini selalu was-was bila melihat putranya yang sedang lasak-lasaknya. Sebagai ayah, tentu ia tak ingin putranya terluka atau mengalami kecelakaan. Beni pun menjadi sangat protektif pada buyung semata wayangnya. “Jujur saja, setiap kali anak saya akan memanjat sesuatu atau mengajak saya bermain berantem-beranteman atau bergulat, saya pasti was-was,” tutur Beni.

Shinta, istrinya sempat protes atas sikap tersebut. Menurut Shinta kecemasan Beni terlau berlebihan. Shinta justru merasa kasihan pada buyungnya Kris. “Karena ayahnya terlalu kuatiran, Kris pun jadi takut untuk melakukan aktivitas yang sedikit menuntut keberanian,”jelas Shinta.

Sikap Ayah, Direkam Anak
Tugas seorang ayah memang melindungi keluarga (anaknya). Ayah tentu tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada anak-anaknya. Tetapi, besikap terlalu protektif juga tidak baik bagi anak. Sikap ayah yang cenderung pencemas, terlalu khawatir, atau terlalu takut akan menghambat perkembangan motorik dan psikologis anak.

Karena ayah merasa was-was anak pun sering dilarang melakukan banyak hal . Anak pun jadi tidak berani mencoba sesuatu. Akibatnya perkembangan motorik anak pun terhambat. Padahal, melakukan aktivitas yang menantang atau melakukan suatu permainan yang menuntut keberanian pada dasarnya adalah ajang latihan bagi anak sebagai bekal saat ia dewasa kelak.

Dengan melakukan berbagai aktivitas, anak akan mampu mengontrol kekuatan dari anggota gerak tubuhnya, sehingga ia terampil, lincah, dan cekatan. Anak juga jadi tahu mana kegiatan yang membahayakan dan mana yang tidak, cara menggerakkan kaki secara terarah dan benar, serta bagaimana rasanya melakukan permainan yang menantang.

Jika ayah terlalu khawatir, anak tidak mendapatkan kesempatan untuk menggali keterampilan seperti di atas. Tak hanya itu, secara psikologis anak juga cenderung menjadi penakut. Bahkan, ke depannya anak akan melihat segala sesuatu yang baru sebagai bahaya bagi dirinya. Akibatnya kepercayaan diri anak menurun.

Apapun jenis kelamin anak, ayah merupakan model. Sosok ayah sangat identik dengan maskulinisme, atraktif, dan pemberani. Model seperti ini sangat dibutuhkan anak. Anak dapat mencontoh sikap-sikap tersebut yang akan direfleksikannya pada kehidupan sehari-hari. Sikap ayah akan terekam dengan baik dalam memori anak. Ayah yang penakut, pencemas, atau terlalu khawatir, memberi jejak pada anak laki-laki untuk bersikap demikian. Pada anak perempuan, akan muncul pemahaman negatif tentang laki-laki. Dia akan berkesimpulan, memang begitulah sifat laki-laki. Pencemas dan sangat protektif.

Menjaga dengan Cara yang Benar
Manusiawi memang jika anda merasa sangat khawatir akan keselamatan anak anda. Apalagi jika anda hanya mempunyai satu anak. Namun, banyak melarang dan menujukkan sikap selalu was-was sa-ngat tidak baik. Ada baik-nya anda lebih selektif saat berkata:”Jangan nak, awas nak, atau hati-hati nak”.

Sebaiknya anda melihat dahulu apakah yang dilakukan anak memang berbahaya atau tidak. Jika anda merasa takut, belum tentu dengan si kecil. Beberapa ayah tumbuh dalam lingkungan yang super protektif sehingga ia pun memperlakukan anaknya demikian. Padahal, bisa jadi anaknya sangat lasak dan pemberani.

Kalau larangan itu dianggap sangat penting untuk keselamatan si kecil, tidak ada salahnya anda melarang- anak. Tapi jika anak lain yang sebaya dengan anak anda mencoba permainan itu, mengapa anda harus melarangnya? Yang perlu anda lakukan adalah menanamkan sikap hati-hati bukan ketakutan. Dengan begitu anak akan selalu waspada terhadap sesuatu dan hati-hati dalam melakukan tindakan.

Perlu anda ingat, sikap yang terlalu protektif juga akan membatasi kegiatan yang dapat anda lakukan bersama si kecil. Tentu yang rugi anda juga. Sebab anak akan melihat anda sebagai ayah yang kurang asyik diajak bermain. Anda pun akan kehilangan kebersamaan yang seharusnya anda nikmati. Jadi mulai saat ini, simpan kecemasan anda dan jadilah ayah yang pemberani!

5 Tanda Anda Ayah Pencemas

  1. Selalu was-was saat anda melihat si kecil bermain
  2. Mengatakan kata ‘awas atau hati-hati’ lebih dari tiga kali saat bermain dengan si kecil
  3. Tidak berani mengajak si kecil untuk mencoba sesuatu yang menantang
  4. Memeriksa si kecil secara berlebihan saat si kecil mengeluhkan sesuatu.
  5. Merasa lebih tenang jika si kecil ada dalam gendongan anda daripada bermain di tempat umum.