Agar Anak Dapat Mengelola Rasa Takutnya Pada Dokter
Munculnya rasa takut pada anak saat diajak ke dokter memang hampir tidak bisa dihindari. Ini adalah pengalaman baru bagi mereka. Jangankan anak kecil, remaja pun banyak yang masih takut.
Bahkan orang dewasa sendiri, untuk hal-hal tertentu dan dalam kondisi tertentu, masih saja takut. Tapi pada orang dewasa bukan takut pada sosok dokternya, melainkan takut mendengar penjelasan dokter mengenai hasil diagnosanya.
Mengingat rasa takut itu hal yang alami buat anak, maka kita harus bisa menerima fakta ini. Agar kita bisa mengarahkan dia untuk mengontrol rasa takutnya sekonstruktif mungkin, dan bertahap serta sesuai kebutuhan.
Hindari melecehkan atau menghinanya pada tingkat yang berlebihan. Misalnya mengatakan si pengecut atau sebutan lain. Atau, menyuruh dia untuk membuang rasa takut.
Kenapa? Rasa takut tidak bisa dibuang. Yang bisa kita lakukan adalah mengelolanya agar tidak menjadi penghambat suatu tujuan atau untuk mendukung tercapainya tujuan.
Supaya dia mulai punya bekal pengetahuan dan keahlian untuk mengontrol rasa takutnya, kita bisa memberi penjelasan dulu. Misalnya, kita bercerita mengenai bagaimana kita dulu mengontrol rasa takut ke dokter yang kemudian kita berani.
Bisa juga kita ajak dia melihat kenyataan yang bukti-buktinya nyata di depan matanya. Misalnya, ada anak lain yang kemarin ke dokter dan ternyata tidak apa-apa. Akan lebih bagus lagi kalau sebelum-sebelumnya kita sudah sering mengajak dia untuk melihat adiknya, kakaknya, saudaranya atau kita sendiri ke dokter.
Atau, kita juga bisa menjelaskan apa saja fungsi dokter bagi dirinya. Misalnya, untuk mengantisipasi supaya tidak tambah sakit. Dari sini bisalah kemudian kita membujuk atau mendorong dia untuk mengontrol rasa takutnya.
Kita bisa katakan kepada anak bahwa rasa takut itu tidak akan teratasi kalau kita terus merasa takut. Atau, rasa takut itu akan terkuasai begitu kita sudah bisa melawannya dengan melakukan sesuatu yang kita takuti.
Pilihlah dokter yang secara kemampuan sudah kita lihat buktinya. Kemampuan di sini bukan semata pengalaman kedokterannya tetapi kemampuan menangani anak-anak.
Menemukan strategi yang cocok untuk anak menjadi penting. Masing-masing anak butuh strategi penanganan yang berbeda sesuai dengan karakternya. Ada anak yang maunya itu setelah kita diamkan dulu, ada yang maunya sama orang yang bukan kita, misalnya bibinya atau orang lain yang menurut dia lebih enak.
Strategi apapun itu sah selama kita dalam keadaan terkontrol dan targetnya adalah untuk mengeluarkan kekuatan anak, misalnya mengeluarkan kemampuannya dan mengontrol ketakutan, mengeluarkan keberaniannya, mengeluarkan kebolehannya, dan lain-lain.
Semoga bermanfaat.