Membentuk Pola dan Kebiasaan Makan Anak

alt-1b.jpg
Awal pola dan kebiasaan makan yang dibentuk oleh ibu dan lingkungannya, akan terbiasa pada anak sampai dewasa. Maka pentinglah membentuk pola dan kebiasaan makan yang sehat. Seperti apakah polanya?

MAKAN bisa bermakna dua. Ada makan sekedar kenyang, dan sikap orang terhadapnya menentukan manfaat dan kerugian makan bagi seseorang. Ada pula makan yang dipilih dan ditata sesuai dengan kebutuhan biologis dan taat memperhatikan kebutuhan tubuh. Karena tentunya kualitas dalam hal makan ikut menentukan status kesehatan.

Perlunya membentuk pola makan
Pola makan disesuaikan dengan kebutuhan biologis. Bahwa isi lambung akan dikosongkan setiap beberapa jam sekali, oleh karena itu maka jadwal makan yang tertib setiap beberapa jam sekali perlu ditata. Manusia normal membutuhkan tiga kali jadwal makan. Maka jadwal makan sebagai sebuah pola makan, perlu dibentuk seperti itu.

Karena lambung anak belum sempurna kapasitas dan volumenya, ia membutuhkan jadwal makan yang lebih kerap. Namun sejak umur genap setahun, makan terjadwal bersama di meja makan rumah, hendaklah dibiasakan.

Jadwal makan yang tertib bukan saja membentuk kebiasaan yang menyehatkan karena lambung sudah dibiasakan bekerja pada waktunya. Lambung yang terjadwal, menjadi “tahu” kapan menyambut datangnya makanan, siap dengan (produksi) cukup getah lambung yang diperlukan untuk mencernanya.

Bila tidak tertib jadwal makan, jam waktu lambung menunggu makanan menjadi kacau. Saat lambung sudah kosong, makanan belum datang, atau saat lambung masih penuh, diisi lagi dengan makanan. Kondisi seperti ini tidak menyehatkan. Lambung menjadi tak pernah mendapat jeda dan terus bekerja.

Makan terjadwal juga memelihara kadar gula darah yang senantiasa konstan setiap saat. Hanya bila makanan tertib dikonsumsi sesuai jadwal yang sudah terbentuk, kadar gula tidak terlalu rendah, atau menjadi kelewat tinggi. Karena masuknya makanan secara teratur itulah, kadar gula darah terpelihara normal. Terlambat makan akan menjadikan gula darah rendah. Gula darah rendah menurunkan tampilan dan produktivitas.

Pola makan yang tertib mendisiplinkan tubuh kapan merasakan lapar, dan kapan masih kenyang. Bila sudah terpola, saat jadwal makan sudah tiba, tubuh memberi ”sinyal” minta makan (“keroncongan“ misalnya). Saat bukan jadwal makan, tubuh tidak memberi ”sinyal”. Seperti itu hendaknya kebiasaan yang terbentuk agar tubuh tidak sampai kelebihan porsi makan. Hanya makan bila sedang lapar saja, dan berhenti makan begitu tanda kenyang tiba, tak sampai “kekenyangan” dan mencegah berat badan menjadi berlebihan.

Kebiasaan sehat yang mengiringi makan
Selain membentuk pola makan terjadwal, kebiasaan makan yang menyehatkan juga perlu dibentuk. Anak yang dibiasakan “bersih”, akan merasa tak nyaman dalam kondisi kotor. Maka terbentuknya perasaan sehat semacam itu harus dibentuk pula.

Kebiasaan tidak kotor akan membentuk hidup bersih. Mencuci tangan, membasuh bagian badan yang kotor, membasuh kaki, menyeka bibir dan mulut sehabis makan dan minum yang akan berlangsung sendirinya tanpa harus disuruh.

Kesalahan menanamkan kebiasaan sehat merugikan kesehatan anak. Hanya bila tangan senantiasa bersih, dan kulit badannya tidak dibiarkan kotor, risiko terserang infeksi pencernaan (fecal-oral infection) serta infeksi kuman, parasit, dan jamur bisa ditekan.

Membentuk pola dan kebiasaan makan, termasuk di dalamnya membiasakan lidah, yang dibentuk oleh menu seimbang dan menyehatkan. Karena anak masih belum bisa memilih sendiri, peran ibu memilih menu yang terbaik bagi anak amat menentukan kesehatan di hari depan.

Membiasakan lidah makan menu tidak sehat akan merugikan tubuh. Terbiasa dengan menu “rumahan” dengan sepiring nasi, sepotong ikan, sekerat tempe atau tahu, segelas susu, semangkuk sayur lodeh atau sayur asam di tutup dengan buah segar. Itu lebih sehat dan sedap dibandingkan dengan menu tinggi lemak dan garam seperti burger atau hot-dog.

Pola dan kebiasaan makan yang keliru terbentuk, bukan saja menambah risiko berat badan anak berlebih, melainkan membentuk tubuh yang tidak sehat. Anak gemuk pasti tidak menyehatkan.

Peran ibu dalam pola dan kebiasaan makan menyehatkan anak ikut ditentukan. Kesempatan anak untuk memperoleh yang baik dari pilihan makanan dan cara makan tidak datang dua kali.