Membesarkan Anak Di Era Digital
Secara spiritualnya, setiap generasi yang lahir ke dunia ini sudah disediakan tantangan tersendiri. Bahkan setiap anak yang lahir itu juga sudah disiapkan kurikulum tersendiri, yang juga berbeda dengan anak lain.
Era digital menawarkan berbagai kemudahan yang berlimpah bagi anak dalam mengakses hiburan, informasi, dan komunikasi. Hanya saja, selain menawarkan berbagai kemudahan itu, ada juga potensi masalah atau bahkan bahaya. Inilah tantangannya.
Idealnya, kita bisa mengantarkan anak-anak untuk mengambil sebanyak mungkin peluang kemajuan itu, namun di sisi lain dapat juga menghindarkan mereka dari masalah atau bahaya yang mengancam.
Salah satu potensi masalah yang terbesar adalah ketika anak terlalu lama asyik dengan berbagai alat digital yang menawarkan berbagai aneka hiburan, informasi, dan fasilitas komunikasi itu.
Terlalu asyik dapat berpotensi menimbulkan masalah kesehatan atau mengganggu pertumbuhan karena kurang gerakan fisik, kurang terkena sinar matahari atau kurang tersentuh oleh udara di luar.
Riset ilmiah yang dilaporkan BBC London menyebutkan bahwa anak-anak yang kurang mendapatkan vitamin dari sinar matahari dapat rentan terkena penurunan kinerja mata, seperti adanya minus atau silinder.
Obesitas juga dapat mengancam anak jika berlebihan kurang gerak, lebih-lebih ditambah dengan berbagai makanan yang berlemak. Petuah bijak mengingatkan: “Awas, ada racun yang mematikan di balik makanan berlemak yang enak itu”.
Dari sisi perkembangan mental-sosial, ini bisa berpotensi menimbulkan masalah juga. Jika sudah berlebihan, anak-anak akan kehilangan waktu untuk belajar berinteraksi dengan realitas nyata, misalnya bergaul dengan sesama, mengatasi masalah dalam dunia nyata, dan lain-lain.
Semua ahli pendidikan di dunia ini sepakat bahwa kegiatan yang sangat penting bagi anak adalah bermain, dalam arti ada gerakan fisik yang menyenangkan hati dan menuntut interaksi dengan manusia , bukan dengan benda.
Hal lainnya adalah perilaku atau budaya. Perilaku apapun bisa masuk layar kaca, misalnya kekerasan, pergaulan bebas, atau hedonisme. Tanpa pengawasan, perilaku itu sangat mungkin dijadikan budaya oleh anak kita.
Haruskah kita melarang total? Selain tidak bijak, ini juga tidak mungkin bisa dijalankan. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Tentu yang dibutuhkan adalah tetap mendorong anak pada penggunaan yang benar dan memahamkan bahayanya jika berlebihan.
Menyepakati disiplin waktu main game atau akses internet juga perlu dilakukan untuk menghindari kebablasan itu. Yang juga penting adalah jangan dibikin terlalu nyaman dengan privasi yang tinggi. Taruhlah di tempat yang terbuka sehingga memudahkan pengawasan.
Yang juga penting lagi adalah menciptakan kegiatan atau agenda yang bisa mengimbangi, misalnya melibatkan anak dalam interaksi dengan bersilaturrahim, renang bersama, atau bersih-bersih kamar.
Semoga bisa kita jalankan.