Yuk, Latih Kepercayaan Diri Anak

7ff3e8e637c04abdfbb2cb06c1bacdf8ff7f80c8.jpeg

Tahukah Ibu bahwa kepercayaan diri seorang anak bukan bawaan lahir? Bahwa, jika Ibu dan pasangan adalah pribadi yang memiliki kepercayaan diri tinggi serta mandiri, sang buah hati tak secara otomatis bakal memiliki pembawaan sama?

Seperti disampaikan psikolog anak dari Universitas Indonesia Miranda D. Zafriel, konsep diri manusia itu bersifat netral saat dilahirkan dan baru terbangun saat seseorang menginjak usia 2-3 tahun. Pada usia ini, kesadaran bahwa manusia adalah individu mandiri yang punya keinginan dan kemampuan sendiri mulai muncul. Hal itu ditunjukan dengan keinginan berjalan, memanjat, atau melompat.

Lingkungan lah, kata Miranda, yang kemudian berperan besar membentuk seseorang: apakah ia akan menjadi pribadi dengan kepercayaan diri tinggi atau sebaliknya. Nah, sebagai lingkungan pertama yang dikenal si kecil, keluarga harus menyadari ini. Ciptakan lingkungan suportif agar proses tumbuh kembang anak bisa berjalan baik. Dan, ia menjadi pribadi yang memiliki kepercayaan diri tinggi, tentu saja.

Berikut beberapa solusi kreatif yang bisa Ibu laksanakan di rumah, ketika si anak mulai mengeksplorasi konsep dirinya, seperti disampaikan psikolog anak Miranda Zafriel:

Baca Juga : Anak Manja, Bisa Jadi Ini Penyebabnya

Makan Sendiri

Ibu barangkali akrab dengan pernyataan, "aku enggak mau disuapin". Perkataan itu dilontarkan si kecil ketika Anda ingin menyuapinya makanan. Tak ada salahnya Ibu memberinya kesempatan untuk menyuap makanan sendiri karena hal itu adalah bagian dari proses pembentukan kepercayaan dirinya. Tapi, bagaimana jika makanan berserakan di lantai? Tak usah khawatir! Ibu justru bisa menciptakan semacam permainan saat ia menyuap sendiri. Proses tumbuh kembang anak pun berlangsung menyenangkan. Dari tempat si kecil makan, buatlah semacam garis batas. Anda bisa mengatur luasnya. Setelah itu, berikan ia pengertian bahwa serpihan dan remah-remah makanannya tak boleh melewati garis batas tersebut. Permainan ini mengajarkannya kesadaran dan tanggung jawab. Lalu, jangan lupa memberi ia apresiasi positif berupa tepuk tangan atau pujian jika ia berhasil menghabiskan makananya sendiri. Hal itu bakal menjadi modal berharga untuknya membangun kepercayaan diri. Agar "permainan" makan sendiri itu bisa berlangsung lancar, siapkan perkakas makan yang tak berbahaya baginya. Jangan pilih perkakas makan untuk orang dewasa. Selain itu, hindari penggunaan karpet sebagai penutup lantai di area makan anak karena akan menyulitkan Anda saat memberishkan lantai dari tumpahan makanan.

Menyisir Rambut Sendiri
Bagi anak yang memiliki jemari mungil, menggenggam sisir bukanlah perkara mudah. Jadi, tak usah komplain jika hasil sisiran si kecil berantakan. Kepercayaan dirinya justru bisa runtuh jika Ibu mengatakan bahwa hasil sisirannya berantakan. Yang bisa Anda lakukan adalah menawarkan bantuan kepadanya dengan berkata, misalkan, "Apakah Mama boleh bantu?" Dengan menunjukan sikap itu, ia akan tahu bahwa Ibu menyukai hasil "karyanya" dan menganggap kontribusi Anda hanya sebagai pelengkap masterpiece-nya. Sesekali, mintalah bantuan si kecil untuk menyisir rambut Anda sebelum tidur. Interaksi Anda pasti menyenangkan.

Baca Juga : Mengajarkan Kepedulian Kepada Anak

Memilih Pakaian Sendiri
Jika Ibu berencana mengajak sang buah hati untuk berjalan-jalan ke rumah kakek dan neneknya di keesokan hari, tanyakan kepadanya ihwal baju yang pengin dikenakannya sebelum tidur. Keesokan harinya, saat bangun tidur, mintalah ia mengambil sendiri baju yang ia pilih sebelumnya. Meski terlihat sederhana, hal ini sangat membantu proses kemandirian dan kepercayaan diri si kecil. Agar proses pembelajaran ini lebih mudah, Ibu harus membiasakan diri menyusun pakaian anak sesuai kategorinya. Misalkan, laci teratas adalah pakaian keluar rumah atau laci tengah untuk pakaian seharii-hari. Hal ini bertujuan agar ketika si kecil tak bingung ketika mengambil sendiri bajunya. Anda pun tak repot ketika harus membenahi lagi laci yang berantakan usai ia mengambil baju pilihannya.

Mandi Sendiri
Saat anak ngotot ingin mandi sendiri, pasti muncul keengganan dalam diri Anda. Bayangan terpeleset, terbentur, atau mandi yang tak bersih berseliweran di benak Anda. Tapi, tak ada salahnya Ibu memberikannya kesempatan untuk mandi sendiri. Yang harus Anda lakukan hanya menciptakan lingkungan yang aman agar segala kekhawatiran tadi tak terjadi. Berikan alas pada lantai kamar mandi agar permukaan tak licin. Selain itu, pilih sampo dan sabun yang tak pedih di mata. Periksa juga temperatur air yang pas dan batasi waktu mandi agar ia tak kedinginan. Sesekali, Ibu juga bisa mengajaknya mandi bersama. Pada kesempatan ini, ajak ia bermain menyabuni dan menggosok punggung secara bergantian. Hal ini efektif mengajarkan si kecil mandiri dan percaya diri. Selain mempererat hubungan emosional antara Ibu dan anak saat proses tumbuh kembangnya.

Menggunting Kertas Sendiri
Gunting adalah ibarat benda ajaib bagi anak. Sepotong kertas segi empat bisa berubah wujud menjadi mobil atau binatang. Tak mengherankan, mereka sangat senang bermain gunting. Apalagi jika berhasil membuat sebuah pola yang mereka idamkan. Namun, Ibu pasti khawatis si kecil bakal terluka jika bermain dengan gunting. Tenang, pilih gunting khusus anak yang banyak dijual di toko. Setelah itu, Anda bisa membiarkannya menggunting sendiri pola yang ia ciptakan. Agar lebih seru, tempelkan pola yang sudah dibuat si kecil ke dalam sebuah album dan buat sebuah cerita sederhana dari karyanya itu.