Memahami Porsi Makan Sesuai Usia
Tumbuh-kembang setiap anak tidak bisa dipisahkan dengan sikap ibu dalam memberikan makan. Seberapa banyak sih, porsi yang memadai untuk mencapai pertumbuhan yang optimal? Tidak berlebihan, tetapi tentu tidak sampai kekurangan pula. Tak mudah menetapkan seberapa banyak anak perlu makan dan melihat apakah yang ibu berikan sudah mencukupi kebutuhan anak atau belum.
KEBANYAKAN anak sekarang sudah terlanjur kelebihan makan. Barangkali karena lebih banyak ibu yang beranggapan bahwa gemuk itu lucu. Padahal sebenarnya anak yang sehat itu tidak harus gemuk, tetapi tentu bukan pula kurus, melainkan ideal dilihat dari indeks massa tubuh (body mass index) atau berat dalam kilo dibagi pangkat dua tinggi dalam meter di kisaran indeks 25.
Neraca kalori
Tubuh anak tumbuh ideal apabila total asupan makanan sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh baik dalam porsi maupun keanekaragaman menunya. Ilmu Gizi menghitung kecukupan kalori sesuai dengan umur dan berat badan. Makin berat bobot tubuh, makin besar kebutuhan kalori sesuai dengan kelompok umurnya.
Tidak mudah menerjemahkan besaran asupan kalori untuk ditukar dengan ukuran rumah tangga. Namun untuk mudahnya, berikan anak makan tiga kali sehari. Pilih menu mediterranean, karbohidrat dari nasi, kentang, ubi, jagung, atau ketela sebanyak duapertiga porsi, lalu protein dari ikan, telur, susu, tempe, tahu, dan daging sekitar seperempat porsi, kemudian sisanya adalah lemak dari minyak, mentega, santan, dan susu.
Untuk lebih memudahkan lagi, selama anak makan tiga kali sehari, dan setiap kali makan menunya empat-lima macam, cukup sayur-mayur dan buah-buahan, umumnya berat badan ideal anak akan bisa tercapai.
Sampai umur 6 bulan kebutuhan anak cukup terpenuhi dengan hanya ASI esklusif. Setelah 6 bulan sudah mulai diberikan makanan padat pertama, yakni bubur susu. Umur 8 bulan anak bisa mulai makan nasi tim, dan setelah umur setahun sudah bisa makan di meja makan ibu.
Contoh bahwa anak dinilai tepat asupan makannya adalah kalau berat badan lahir 3 Kg, umur 5 bulan mencapai dua kali berat lahir atau 6 Kg, dan umur setahun menjadi tiga kali berat lahir atau 9 Kg.
Mendengarkan rasa lapar rasa kenyang
Tidak ada yang lebih bijak dari mendengarkan suara tubuh. Bentuklah kebiasaan makan anak hanya makan kalau sedang merasa lapar, dan tidak makan lagi kalau sudah merasa kenyang. Kalau ini dijadikan panduan yang mengendalikan kebiasaan makan anak, dengan cara begini anak akan terjaga berat badan idealnya,
Sayangnya, lebih banyak anak yang masih tetap diberi makan walau sudah merasa kenyang. Anak yang “lapar mata” begini yang membawanya menjadi kelebihan berat badan. Kalori yang masuk tubuh melebihi yang tubuh butuhkan.
Ibu terkadang khawatir anaknya akan kelaparan, sehingga memberikan makanan yang sebanyak-banyaknya, atau menuruti saja keinginan makan anak ditambah dengan berbagai camilan. Sikap ibu yang seperti ini bukan cerminan kasih sayang, melainkan menjerumuskan anak membawa “bom waktu” dalam tubuhnya. Gemuk dan kegemukan berarti menyimpan sejumlah penyakit yang kelak akan muncul setelah anak dewasa.
Anak yang menolak saat diberi makan berarti tubuh anak sudah tidak membutuhkan asupan makanan apa pun lagi. Suara tubuh itu wajib didengar. Memaksakan untuk menghabiskan makan berarti menambah tumpukan kelebihan kalori menjadi lemak selain menumbuhkan trauma sehingga nantinya anak membenci makan, dan atau makanan.
Yang sering terjadi, jadwal makan ditukar dengan minum susu. Karena menolak diberi makan nasi, ibu menukarnya dengan minum susu. Anak yang kelebihan minum susu selain kelebihan berat akan kelebihan asupan lemak yang menjadikannya merasa mual. Rasa mual menambah sikap penolakan anak untuk diberi makan nasi, lalu menjadi lingkaran setan anak susah makan.
Kita bisa mengetahui apakah porsi makan anak sudah cukupdengan melihat berat badannya. Selama masih dalam kisaran berat badan ideal, berarti porsi makan anak sudah memadai. Kalau kelebihan berat badan, berarti perlu mengurangi porsi makan.
Jika berat badan di bawah ideal berarti anak perlu ditambah porsi makannya. Dengan catatan, aktivitas fisik anak juga harus cukup. Percuma mengendalikan asupan makan kalau anak lebih banyak duduk main games dan nonton televisi. Itu semua juga membuat anak cenderung gemuk selain menjadi tidak sehat pula.
Jadi, jangan sampai memaksa anak untuk makan apabila ia menolak makan. Mungkin saja ia memang sudah merasa kenyang. Yang perlu diperhatikan adalah apakah ia sudah kenyang dengan asupan yang memang ia butuhkan, atau karena camilan saja. Untuk itu orangtua harus selalu cermat memperhatikan asupan makan anak.***