Melatih Anak Agar Tidak Terlalu Konsumtif

c619bccd95d0a93dc995beb71786cf9a44d82f1c.jpeg
Jujur saja, ini memang tidak mudah. Jangankan buat anak-anak, buat kita sendiri yang sudah tua pun tidak mudah jika kurang terlatih.

Tapi, masalahnya  bukan susah atau mudah. Sebab, susah atau mudah, ini harus kita lakukan. Latihan harus kita berikan.

Sebelum berbicara soal bagaimana melatih anak mengontrol perilaku konsumtifnya, perlu kita pahami dulu bentuk perilaku seperti apa yang perlu dikontrol. Kenapa begitu?

Tidak semua perilaku konsumtif itu jelek. Selain sebagai tuntutan hidup, perilaku demikianlah yang bisa menggerakkan kemajuan ekonomi, teknologi, dan sains.

Coba kalau semua orang berpikir harus hidup “apa adanya”, apa jadinya? Hanya saja, ketika sudah kebablasan atau menyimpang, maka di sinilah kontrol dibutuhkan.

Kontrol dibutuhkan apabila tujuannya hanya untuk menunjukkan kekayaan atau kemewahan. Terlebih apabila sifat pamer ini tidak diikuti dengan prestasi.

Latihan mengontrol perilaku juga perlu kita lakukan apabila motif anak kita membeli-beli sesuatu karena iri sama temannya. Praktek membelinya tidak membahayakan, tapi irinya itulah yang perlu dikontrol.

Perilaku konsumtif juga perlu dikontrol apabila anak sudah terbiasa minta dibelikan segala hal karena faktor ilusinya atau kerakusannya. Misalnya, dia minta dibelikan apa saja yang dilihatnya di iklan

Sejumlah perilaku konsumtif di atas sangat perlu untuk dikontrol bukan semata karena perilakunya tetapi karena cara berpikirnya.

Cara berpikir inilah yang akan mengontrol seluruh perilakunya nanti di berbagai hal, dari mulai memilih sekolah, pekerjaan, sampai ke memilih jodoh.


Nah, sekarang, apa yang bisa kita lakukan untuk melatih cara berpikir yang tidak terlalu konsumtif itu? Kita bisa melakukan hal-hal di bawah ini sebagai proses pembelajaran:

Pemahaman.
Perlu kita memberi pemahaman mengenai apa alasan membeli, gunanya apa, dan seterusnya. Intinya, kita perlu melatih kemampuan bernalar yang berdasarkan alasan logis dan spiritual, misalnya boros itu dilarang oleh Tuhan.
 
Penegakan.
Disiplin sangat perlu ditegakkan, misalnya sebelum belanja sudah ditulis dulu apa yang perlu dibeli. Disipin lain juga perlu untuk latihan mengontrol diri.

Pengawasan.
Walaupun sudah diberikan pemahaman dan disiplin,  tetapi pengawasan tetap dibutuhkan.

Percontohan.
Keteladanan mutlak dibutuhkan. Anak akan lebih banyak belajar dari apa yang ia lihat ke kita, bukan dari apa yang kita katakan ke dia

Kebaikan yang kita berikan kepada anak dengan memenuhi permintaannya memang baik, tapi ada bahaya yang tersembunyi di situ apabila berlebihan.