Menu Ideal Sesuai Kebutuhan Anak
Nasib hari depan tubuh anak sebagian besar dari apa yang anak terima dari meja makan rumahnya. Menjadikan bertumbuhnya tubuh anak tidak semata asal memberinya makan sampai kenyang. Makna makan sejatinya bagaimana agar bertumbuh dan berkembang ideal seturut ilmu kesehatan. Namun berat badan ideal saja belum cukup kalau anak masih mengidap kekurangan gizi. Yang seperti apakah itu?
TAK cukup hanya mengandalkan naluri dalam menyusun menu anak. Tidak pula sekadar menuruti selera makan alami belaka, makan ketika sedang lapar, dan berhenti makan setelah kenyang. Perlu tambahan bekal pada setiap ibu bahwa apa yang anak terima akan terpenuhi seluruh kelengkapan zat gizi yang diminta tubuhnya.
Berbeda dengan tubuh orang dewasa, makanan bagi anak selain untuk memutar mesin tubuh agar berputar lancar, makanan juga digunakan untuk bertumbuh. Bila menu yang anak terima tidak memenuhi syarat gizi bagi tumbuh-kembang anak, maka anak bukan saja tak sehat fisiknya, terlebih juga terkait dengan perkembangan mentalnya.
Makan tiga kali sehari
Pola makan anak baru lahir sampai usia disapih meminta asupan makan sesuai permintaan (on demand). Menyusui 3 jam sekali ketika bayi baru lahir dan berangsur berkurang kekerapannya sejalan dengan bertambahnya umur anak. Kemudian baru memperkenalkan makanan padat pertama setelah anak berumur 6 bulan. Umur 8 bulan mulai diperkenalkan nasi tim, dan lewat umur setahun anak sudah duduk manis degan menu di meja makan ibu.
Seyogianya anak diajarkan tiga kali makan dalam sehari. Sarapan menu pangeran, makan siang menu ratu, dan makan malam sebisanya menu orang susah. Pola ini harus dibentuk sejak kecil. Sayang, kenyataan di kita, lebih separo anak Indonesia tidak dibiasakan sarapan, sekarang terbukti hal itu berpengaruh buruk terhadap kinerja belajar dan prestasi sekolahnya.
Perkenalan pertama anak terhadap setiap menu baru haruslah memberi kesan indah, supaya kelak anak tak susah memilih menu hariannya.
Anak sebaiknya diciptakan untuk menjadi segala suka dalam hal makan. Dan itu sepenuhnya ada di tangan ibu. Ibu yang menciptakan lidah anak.
Berapa banyak anak diberi makan? Teoretis secukup kebutuhan tubuh sesuai umurnya. Semakin bertambah umurnya, semakin bertambah pula porsi kalori makanannya. Untuk praktisnya, pelihara selera makan anak. Hanya makan ketika sedang lapar saja, dan stop makan setelah kenyang. Dengan cara itu tercipta permintaan makan anak terpandu oleh rasa lapar dan rasa kenyangnya.
Selama dengan cara alami begitu berat badannya terjaga ideal, berarti asupan kalori makannya sudah memadai. Harus dikurangi porsi makannya bila berat badan anak melebihi berat badan idealnya. Sebaliknya harus ditambah asupan kalorinya bila kekurangan berat badan.
Perlunya segala suka
Tak cukup hanya porsi makan, anak dan semua orang dewasa membutuhkan kelengkapan zat gizi supaya sempurna mesin tubuh berputarnya. Gemuk saja tapi tidak lengkap asupan zat gizinya, belumlah sempurna. Orang sekarang mengidap “kekurangan gizi” karena makan asal kenyang saja (“hidden hunger”). Begitu juga yang terjadi pada orang-orang di negara Barat. Porsinya cukup bahkan berlebih, tapi menunya “miskin” zat gizi.
Menu terancam tak lengkap lagi kandungan zat gizinya bisa karena beberapa faktor. Paling banyak karena menu diproses secara berlebihan, terbatas keanekaragaman sumber menunya, sehingga cenderung bersantap satu-dua menu belaka (monodiet). Termasuk bila anak sampai umur dewasa banyak tidak sukanya (picky diet).
Diperlukan empat sampai lima macam jenis menu di meja makan agar kebutuhan tubuh akan zat gizi terpenuhi setiap harinya. Kita tahu dari 45 zat gizi yang tubuh butuhkan, separuhnya bersifat esensial. Artinya zat gizi tersebut tidak bisa dibuat oleh tubuh dan hanya mengandalkan dari menu harian.
Apabila menu tidak lengkap kandungan semua zat gizi esensial, tubuh akan kekurangan gizi yang belum tentu keluhannya terlihat secara nyata. Mungkin hanya lesu, letih,lemah belaka. Mungkin cuma kurang darah saja. Yang pasti, bila kekurangan satu saja zat gizi, terlebih yang esensial, mesin tubuh tak berputar normal.
Itu maka idealnya, selain empat sampai lima jenis menu tersaji setiap kali makan, sumber bahan makanan yang akan diolah menjadi menu pun harus serba beragam pula. Berjenis-jenis sayur mayur, berjenis kacang-kacangan, beraneka ragam bebuahan, selain sumber protein nabati dan hewani juga. Makin banyak ragam sumber makanan pembuat menunya, semakin ideal menu yang tersaji bagi tubuh. Sayur dan buah perlu empat porsi dalam sehari. Seporsi sayur dan buah sekitar satu gelas rumah.
Anak dan orang dewasa dengan berat badan ideal, tampak sehat, kulit merah cerah, aktivitas bergairah, tanpa keluhan fisik dan mental apa pun, berarti asupan menunya tergolong ideal. ***